Sudah lebih dari setengah abad
negeri ini menikmati kemerdekaan, terus tumbuh, tumbuh, tumbuh, berkembang dan
tumbang. Pembangunan yang terus bertambah kian hari dari pelosok negeri, namun samar, disama ratakan
dan kemudian diratakan.
![](https://2.bp.blogspot.com/-l3M5wAVzZeY/XHT4x99R-LI/AAAAAAAACjA/YkbCoa9PArksVYzW1FjLLnHsEFDAKN9pACLcBGAs/s1600/save-20180915-163032-5b9cd1d743322f53127e1e74.jpeg)
Kami mencari untuk menghidupi
diri, kami berjuang untuk mempertahankan diri. Namun disaat kami terus
dikhianati dan terluka, sembuh kembali, jangan lah lagi kalian lukai. Kami ini
ibarat paku yang ditancapkan pada kayu, walaupun kalian cabut, bekas akan selalu
ada. Itulah kami, anak ibu pertiwi.
Kami bukan terlahir sebagai
pendendam, hanya saja perlawanan salah satu cara manusia untuk bertahan hidup.
Sudah menjadi kodrat manusia saat disakiti. Tak ada yang ingin disakiti, tapi
kenapa saling menyakiti sekarang menjadi sebuah trending topic yang paling hangat
dan laris diberitakan?
Masa iya kami diam disaat kami
diserang?. Sabar dengan bodoh masih ada batasnya pak. entah kami yang sabar,
atau kalian yang memang “bodoh”.
Semua bicara tentang HAM,
sedikit-sedikit tersangkut akan HAM. Seolah-olah HAM itu Tuhan yang tak
mempunyai batas. Jika hak anda sudah menggangu hak orang lain, disitulah batas
hak anda.
Negeri penghakim sipendosa.
Adakah hak negara menghakimi sipendosa? Setinggi itukah hak negara?. Hak Tuhan
bukanlah hak negara.
Entah mana lagi yang disebut
kritik, ujaran kebencian atau persekusi yang baru-baru ini lagi hot.
Bahkan di negeri ini pun, yang
teriak maling pun bisa ditersangkakan maling, sementara simaling belum tentu
jadi tersangka. Hukum apa ini? Lalu apa gunanya pasal 165 KUHP???
Oh lupa, hukum Belanda toohhh!!
Sepertinya ada masalah di negeri
yang harus segera diselesaikan!!
Kemana negarawan negeri ini?
Berapa harga dirimu?
Tidakkah kalian tahu?
“Tahu itu bukan tempe?” walaupun
keduanya dari bahan yang sama.
Ah entahlah, umur 70 tahun jika
di konversi ke umur manusia disebut “TUA”
Mungkin kita masih
kekanak-kanakan dalam menyelesaikan problem negeri ini.
Sadarlah wahai negarawan, suara
mu sangat dielukan, bukan mempermalukan.
Komentar
Posting Komentar